Camping di Danau Buyan Dalam Suhu 12 Derajat

Suhu 12 Derajat Saat Camping di Danau Buyan

Hari Sabtu, tanggal 6 Juli 2019 kami mengajak anak-anak kami camping di Danau Buyan, sebuah danau cantik di kawasan Bedugul Bali. Acara camping ini sengaja kami lakukan untuk mengajak anak-anak kami berpetualang di alam bebas serta mengisi masa liburan sekolah mereka. Sudah tentu mereka sangat senang dan antusias mengikuti acara ini. Kita menginap di bawah tenda-tenda kecil yang kami sewa dan beralaskan kasus sederhana dengan bantal. Namun, suhu kali ini sangat dingin mencapai 12 derajat celcious yang membuat tubuh kami gemetar menahan dinginnya. Sementara itu, api unggun yang kami buat sepanjang malam sedikit membantu kami untuk menghangatkan badan.

Berpetualang ke Kebun Strawbery 

Pada siang hari sebelum kami menuju perkemahan, kami melakukan tour ke kebun strawbery untuk mengajak anak-anak melihat dan memetik buah strawbery. Bukan itu saja, mereka juga memetik sayur-sayuran untuk menu salad nanti saat BBQ di Danau Buyan. Kecerian mereka terpancar saat kita berangkat ke kebun strawbery melalui jalan setapak di samping hutan tropis dan bukit hujau di kawasan Bedugul Bali. Dengan mengendarai mobil mini van kita menelusuri jalan yang khusu dibuat oleh masyarakat dengan cara swadaya sambil menikmati udara sejuk khas Bedugul. Saat tiba di lokasi, duh...dasar anak-anak, mereka langsung saja girang dan menyerbu kebun yang menghasilkan berbagai macam sayuran terutama strawbery itu. Disamping itu, memreka dapat mencicipi rasa strawbery secara langsung. ciemmmm mah..hahaha rasanya kecut bercampur manis membuat kening kami menciut. Tetapi, anak kami George Dharma Candra tidak merasakan seperti kami rasakan. Dia melahap strawbery seperti melahap buah-buahan lain yang rasanya manis. Karena sudah dari kecil dia suka buah-buahan yang berasa kecut seperti itu. Kali ini, kami juga memetik sayur-sayuran lainnya termasuk wartel untuk menu salad nanti malam.

BBQ Under the Star di Danau Buyan

Saat kami tiba di camping ground, kami sudah disambut oleh bapak pengelola perkemahan tersebut. Kami sengaja memilih perkemahan yang terpisah dari tempat umum yang biasa dipakai oleh anak-anak muda saat liburan agar terhindar dari suasana hiruk pikuk keceriaan mereka pada saat malam hari. Tenda-tenda lengkap dengan kasur dan bantal ternyata sudah disiapkan dengan rapi, jadi kami tinggal menempatinya. Di sela-sela sore hari, kami sempat berjalan-jalan di tepi danau sambil menikmati pemandangan indah disekitar camping ground. Hari semakin senja, kami beranjak ke tempat perkemahan untuk menyiapkan makan malam. Kami memanggang sate dan sosis diatas alat pemanggangan yang kami bawa. Di lain sisi, orang tua menyiapkan nasi dan salad sebagai pelengkap makan malam kami. Anak-anak kami lainnya ternyata sudah tidak sabar menyiapkan api unggun sebagai penghangat di malam hari. Akhirnya, makan malah kami sudah siap...hemmmmm nyam..nyam..nyam bener-bener lezat karena sate dan sosis yang kami bawa memang kami pesan khusus dengan cita rasa yang lezat... Ini benar-benar BBQ Under the Star karena langit diatas kami sangat cerah dengan miliaran bintang-bintang bertaburan.

Api Unggun Penghangat Tubuh Malam Hari

Suasana semakin malam semakin seru, begitu pula suhu semakin dingin. Rasa dingin kali ini sungguh berbeda dari hari-hari biasanya. Dimana suhunya sampai 12 derajat di dini hari dan membuat kasur dan bantal kami ikut basah. Pertama-tama kami membeli kayu bakar sejumlah 5 ikat di warung dekat kami berkemah seharga Rp 10.000 per ikat dan kami langsung membuat api unggun. Rasa dingin dapat teratasi dengan hangatnya api unggun tersebut sambil menikmati cemilan yang kami bawa sebelumnya. Keceriaan anak-anak semakin bertambah sambil mendengarkan music melalui alat speaker yang mereka bawa sendiri. Tapi harus irit-irit termasuk penggunaan baterry dan handphone karena disini tidak tersedia listrik sedikitpun ha..ha..ha..ha.. Kita harus benar-benar liburan tampa listrik di kemah kami. Tidak terasa, malam semakin larut dan suhu semakin mengecil dan membuat tubuh kami menggigil. Kami menambah baju hangat yang sebelumnya sudah memakai jaket tebal, namun dinginnya makkkk.....dingin pisan duhhhhhh... Tidak disangka, kayu bakar kami cepat habis dan kami kembali membeli 5 ikat kembali untuk menghangatkan tubuh kami. Karena tampa api unggun kami pasti akan menggigil kedinginan. Maklum, kami hidup di daerah panas dekat pantai... he..he..he. Setelah memasuki pukul 10.30 malam, kayu bakar kami kembali habis dan rasa dingin sekejap menyelimuti kami dan membuat kami tidak bisa tidur.. duhhh dinginnya...gerrrrrrr sampai tubuh gemetar.. Akhirnya, kami kembali membeli 10 ikat kayu bakar untuk menyambung api unggun sepanjang malam. Sebagian anak-anak kami sudah mulai mengantuk dan tidur di tenda dan yang lainnya menghangatkan diri dekat api unggun. Sementara di kejauhan sana, di tempat perkemahan umum, ribuan anak-anak muda yang berkemah di tempat tersebut, tidak henti-hentinya bernyanyi dan bercanda sampai dini hari. Rupanya sebagian besar dari mereka tidak tidur dan bernyanyi sepanjang malam. Sudah pasti membuat suasana riuh dan dapat mengganggu yang lainnya. Syukurnya, kami jauh dari mereka dan sedikit dapat istirahat. Jadi, kami sarankan tidak berkemah di tempat tersebut terutama musim liburan dan akhir pekan karena suasananya seperti pasar malam sepanjang malam.

Suhu 12 Derajat Menyelimuti Danau Buyan

Pukul 3 dini hari kami beranjak dari tenda karena suhunya sangat dingin dan bantal-bantal kami basah. Bukan karena tendanya bocor namun udaranya sudah mengandung air. Jadi semua ikut basah dan dingin yang membuat kami terperanjak untuk mendekati api unggun. Syukurlah, api unggun kami basi ada apinnya dikit dan belum padam dan kami langsung membesarkan api lagi untuk menghangatkan tubuh kami. Kami sempat mengecek suhu melalui HP android dan ternyata suhunya 12 derajat.. Duhhhhhhh dinginnyaaaaa....!!! Pantesan kami tidak bisa tidur. Api sudah membesar dan dapat menerangi area disekitar tenda kami dan bintang-bintang di langit masih setia menungguin kami. Sementara itu, suara gaduh di kejaunan sana tempat perkemahan umum tersebut tetap ramai dan ternyata anak-anak disana tidak tidur..he..he...he. Suhu 12 derajat di camping ground Buyan ini membuat kami terjaga dan syukur ada api unggun yang menghangatkan tubuh kami.

Liburan di Bali Terasa Eropa

Berikut photo-photo saat liburan kami bersama anak-anak di perkemahan Bedugul.






Share on Google Plus

About Ketut Suparta

Roni Family adalah sebuah keluarga sederhana yang tinggal di sebuah desa di bagian barat pulau Bali dengan berbagai kegiatan sehari-hari seperti keluarga orang Bali pada umumnya. Kami berharap semoga blog kami dapat memberikan informasi atau pencerahaan bagi siapa saja yang telah mengunjunginnya. Atas kunjungan anda kami mengucapkan banyak terimakasih .
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment